Gadis super periang asal Yogyakarta
satu ini memiliki nama yang selaras dengan keseharianya. Ialah gadis yang
hampir tak pernah bersedih hati , selalu bergembira dan membawa keceriaan bagi orang-orang
disekitarnya. Terutama keluarga dan teman-temannya. Dialah gadisberna Cerah
Ceria. Bagi Cerah semua hal membuatnya bahagia. Karena Pak’e (ayahnya) selalu
mengajari Cerah untuk bersyukur, pun ketika ia hanya mampu melihat gradasi
warna hijau di matanya meski semua orang mengatakan itu warna biru. Ia hanya
ingin bisa melihat warna biru di dunia ini.
Semenjak Cerah lulus SMA, ia
berniat untuk menjadi seorang penulis. Menurutnya, profesi menulislah yang
setidaknya tak perlu repot-repot berurusan dengan warna biru dan tak perlu
repot-repot untuk melamar kerja, mengikuti tes tertulis, psikotes, wawancara,
dan lain sebagainya. Maka dari itu, tak heran ia mengidolakan Niki dengan nama
samarannya Samudera Hujan. Bahkan ia rela pergi ke Jakarta hanya untuk bertemu
dengan Niki seorang.
Tidak semudah bertemu teman sebaya
ketika Cerah harus meluangkan waktunya demi Niki. Singkat cerita Cerah bisa
bertatap muka dengannya karena ia dikira asisten (baca: pembantu) barunya.
Akhirnya, di apartemen Niki, Cerah mencuci piring, menyapu, memasak, dan
melakukan aktivitas lainnya selayaknya pembantu. Suatu hari Cerah meminta untuk
diajari menulis. Ia disuruh datang di suatu tempat yang sudah mereka sepakati.
Cerah benar-benar datang dengan antusiasme yang tinggi. Cerah datang di tempat
itu dan Niki tak ada di sana. Mungkin masih ada kerjaan, pikirnya. Ia menunggu
dan masih menunggu. Lama sekali menungguinya. Sampai ia lapar, haus pun ia
tahan demi berguru pada Niki.
Hujan pun mulai turun, tetapi Cerah
masih saja kekeuh menunggunya. Sampai seorang muncul dengan mobilnya dan menyuruh
Cerah masuk ke dalam mobil. Lantas ia bawa Cerah ke apartemen dan di sana ia
mengatakan bahwa Cerah lulus ujian! “Tes Uji Kesabaran”, kata Niki.
Suatu hari Cerah diajak Niki untuk
datang ke pernikahan temannya: Mendung dan Awan. Pernikahan yang bisa dibilang
cukup sederhana bagi pemilik EO Writting Event dan Penerbit Wor(l)d Books.
Mendung dan Awan memang pasangan yang klop. Otak mereka berdua memang otaknya
para pebisnis. Terbukti konsep pernikahan mereka sedikit banyak bisa jadi penghasilan
untuk menambah pundi-pundi keuangan keluarga kecil mereka.
Di pernikahan itu secara tak
sengaja Cerah bertemu dengan seorang pria yang kelak benar-benar membuatnya
hampir gila. Namanya Biru. Pernikahan Mendung dan Awan berjalan sangat lancar
dan khidmat. Selesai acara, Cerah masih berada di gedung pernikahan bersama
Niki, Halilintar (suami Niki), Mendung dan Awan. Cerah ditawari Niki untuk bekerja
di Writting Event dan Penerbit Wor(l)d Books. Niki menawari Cerah pekerjaan
tersebut karena memang Mendung sudah memasukkan Cerah sebagai salah satu
karyawannya. Awalnya Cerah menolak, tetapi setelah dipikir matang-matang Cerah
mengiyakannya. Resmi sudah Cerah mendapatkan pekerjaan di Jakarta.
Hari pertama masuk kerja Cerah
sudah terlambat, namun Mendung masih memakluminya; mungkin tadi Cerah tersesat
karena dia pendatang baru di kota ini. Cerah bekerja sebagai admin. Sehari-hari
ia membantu Mendung untuk filling,
mengetik proposal, mengatur agenda, dan beberapa tugas kantor lainnya. Ia
senang sekali bisa bekerja bersama Mendung, apalagi tanpa sengaja pria bernama
Biru itu, kini menjadi partner kerjanya dengan proyek buku pictbook pribadi.
Namun satu hal, Cerah tidak jujur atas matanya yang tak bisa melihat warna
biru. Alhasil, suatu hari Biru mendapati Cerah memberikan warna yang salah di
cover yang telah susah payah ia kerjakan. Biru mengamuk lantas pergi begitu
saja meninggalakan Cerah yang terbungkam mulutnya.
Hari-hari berikutnya Cerah bekerja
tidak merasakan semangat seperti ketika ia bekerja bersama Biru. Cerah rindu
canda tawa Biru bersamanya di sela-sela mengerjakan tugas kantor. Buku notesnya
pun kosong selama seminggu. Padahal ia sudah membeli buku notes yang baru. Ia
pun ternyata juga merindukan suara-suara perintah dari Biru. Cerah seakan kehilangan
keceriaannya.
Sampai pada suatu ketika Cerah memberanikan
diri untuk membuntuti Biru. Ia mengikuti Biru kemanapun perginya dengan sebuah
taxi. Ternyata Biru memberhentikan mobilnya di depan sebuah toko bunga. Cerah
melihat di dalam toko itu ada seorang perempuan dengan rambut panjang yang
bergelombang, berwarna kemerahan dan mengikat rambutnya dengan pita warna ungu
tengah menata bunga-bunga. Ia terlihat anggun dengan gaun terusan selutut yang
berenda putih, dengan celemek bergambar bunga krisan. Semakin membuat Cerah
penasaran.
Lalu setelah menunggu agak lama,
menyaksikkan betapa romantisnya hati seorang Biru dan mengetahui sekarang Biru
sudah meninggalkan toko bunga itu, akhirnya Cerah memberanikan diri untuk mendekat.
Ia begitu penasaran dengan sosok wanita di toko bunga itu. Namun, begitu Cerah
berbicang dengan Krisan, perempuan cantik nan menawan itu, Cerah malah direkrut menjadi karyawannya
untuk membantunya mengurus bunga-bunga miliknya. Krisan juga tak sungkan
menjawab pertanyaan-pertanyaan Cerah tentang Biru. Katanya Biru adalah
laki-laki yang amat baik. Setiap hari selalu membuatkan buket bunga dari
bunga-bunga yang ia pajang di depan. Dan dia pun selalu membayar bunga-bunga
itu kepada mamanya Krisan.
Krisan adalah perempuan yang lemah.
Kesehatannya semakin menurun semenjak SMA karena salah satu klep jantungnya
bocor. Ia berobat kesana kemari, melakukan banyak operasi. Membuatnya bertahan
beberapa tahun saja. Padahal sebentar lagi ia akan dinikahi oleh Biru. Biru
melamarnya tepat ketika Ibunda Biru sembuh dari penyakit kanker payudaranya.
Sekarang Biru benar-benar sedih. Seakan separuh jiwanya hilang takkan pernah
kembali. Ia sungguh kehilangan Krisan. Baginya Krisan adalah dirinya sendiri.
Bagaimana bisa seseorang kehilangan dirinya sendiri? Biru putus asa. Ia
terlarut-larut dalam kesedihan yang begitu menyakitkan. Sesak di dada. Pilu di
rasa. Sakit di hati. Sekarang Biru sama saja orang yang mati. Tak mau hidup.
Kehilangan energi.
Mama Krisan menyuruh Cerah untuk
tetap mengelola toko bunga milik putrinya. Cerah mengiyakannya. Sesekali ia
pergi ke toko bunga itu dan membukanya. Cerah mengatur semuanya sendiri.
Sekarng acara minum teh sore hari yang biasa Krisan dan Biru lakukan bersamanya
tak ada lagi. Cerah akhir-akhir ini mencoba menenangkan Biru dengan mengajaknya
pergi ke Rumah Sakit penderita kanker yang dulu pernah ia sambangi bersama
Krisan. Namun, tetap saja tak ada hasil. Biru melihat Krisan masih hidup di
pikirannya. Krisan menyalahkan Biru karena waktu itu ia sudah punya firasat
buruk ketika Biru tak mau dicegah pergi ke lombok karena urusan pekerjaan
bersama Mendung, Awan, dan juga Cerah.
Tiba-tiba pada suatu hari Cerah
mendapat kabar bahwa dari kampung bahwa Ibunya sakit. Cerah diminta segera pulang
oleh Bapaknya. Sesampainya di rumah betapa kagetnya Cerah mendapati Biru sedang
terduduk di teras rumahnya. Rupanya Ibunda Biru tak main-main ingin menikahkan
putranya dengan Cerah. Sontak Cerah kebingungan menghadapi kondisi seperti ini.
Di satu sisi Cerah merasa senang, di sisi yang lain Cerah masih belum percaya
bahwa sosok yang selama ini ia cintai sekarang benar-benar melamarnya. Resmi
sudah Cerah menjadi milik Biru dan Biru menjadi milik Cerah.
Memang selama manusia masih bisa
bernapas Tuhan tidak akan berhenti memberinya cobaan. Ternyata menikah dengan
Cerah pun tak membuahkan hasil. Biru semakin hari semakin menjadi-jadi.
Badannya kurus kering. Ia tak mau makan. Ia hanya mengurung di dalam studio
berhari-hari. Bahkan ia pun tak sudi disentuh oleh istrinya sendiri. Namun,
Cerah tetap kuat. Ia tetap bersedia melayani suaminya dengan sepenuh hati.
Cerah tak kehilangan akal, ia mendapatkan ide post it untuk membuat suaminya kembali seperti Biru yang dulu. Biru
yang mempunyai semangat hidup. Ide ini muncul ketika Cerah membaca post it – post it milik Krisan dari
Biru. Ia menaruh post it di banyak
tempat yang bisa Biru lihat. Post it
itu berisi sepatah-duapatah kalimat sepele yang Cerah tulis atas nama Krisan.
Cukup efektif, sampai akhirnya Biru mau keluar rumah mengunjungi Bundanya lagi.
Setelah itu hari demi hari kelakuan Biru sudah berubah. Semakin menunjukkan sisi
tanggung jawabnya kepada istri walaupun masih dengan embel-embel “tidak ingin
mengecewakan Bunda” , belum seutuhnya tulus dari hati Biru. Namun, Cerah
memakluminya.
Hari berganti hari, minggu berganti
minggu, bulan berganti bulan, akhirnya Biru mulai menyayangi Cerah. Hati Biru
mulai tergugah. Ia merasakan betapa Cerah sangat perhatian dengannya. Cerah
bilang cinta tak selalu punya alasan. Seumur hidupnya, Cerah belum pernah punya
keinginan begitu kuat. Belum punya arah tujuan hidup yang ia tuju. Tetapi,
sekarang Cerah tahu kalau Tuhan menciptaka dirinya untuk menjadi istri Biru,
untuk berbakti kepada Biru, dan menjadikan Biru bahagia adalah tujuan hidupnya.
Kebahagaan Biru adalah kebahagiaan Cerah.
Biru pun turut berjanji di Tugu
Jogja yang malam ini mereka datangi. “Dengar
Sunny.” Biru menggenggam tangan Cerah erat. “Aku tanamkan janjiku di sini, sekokoh tugu ini. Agar janji itu tak
rapuh dimakan waktu . Aku berjanji akan tetap bertahan menjadi suami kamu dan
tidak akan mencerakan kamu. Karena kamu orang yang berarti buat aku. Tanpa kamu
aku hancur...”
Walau Biru
ternyata melamar tokoh baru bernama Kristi yang mirip sekali dengan Krisan itu,
tetapi Mendung benar bahwa yang paling penting di sini bukan pesta
pernikahannya, melainkan jiwa Cerah dan Biru sudah bersatu.
Aku pernah baca ceritanya bagus, sedih pengorbanan cinta cerah yang merelakan biru untuk kristi, namun biru akhirnya memeilih cerah.😂😂😂😂😁😁😙
Aku udah pernah baca novel ini dan suka banget, sekarang mau beli buat koleksi sendiri kayaknya susah banget nyarinya. Apa aku yang kurang usaha gitu ya? Tapi waktu itu nama tokohnya bukan Kristi kalo gak salah Windy deh