Sinopsis Novel: Sun(ny) - Achi TM

    Author: Ghozali Saputra Genre: »
    Rating



    Gadis super periang asal Yogyakarta satu ini memiliki nama yang selaras dengan keseharianya. Ialah gadis yang hampir tak pernah bersedih hati , selalu bergembira  dan membawa keceriaan bagi orang-orang disekitarnya. Terutama keluarga dan teman-temannya. Dialah gadisberna Cerah Ceria. Bagi Cerah semua hal membuatnya bahagia. Karena Pak’e (ayahnya) selalu mengajari Cerah untuk bersyukur, pun ketika ia hanya mampu melihat gradasi warna hijau di matanya meski semua orang mengatakan itu warna biru. Ia hanya ingin bisa melihat warna biru di dunia ini.

    Semenjak Cerah lulus SMA, ia berniat untuk menjadi seorang penulis. Menurutnya, profesi menulislah yang setidaknya tak perlu repot-repot berurusan dengan warna biru dan tak perlu repot-repot untuk melamar kerja, mengikuti tes tertulis, psikotes, wawancara, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tak heran ia mengidolakan Niki dengan nama samarannya Samudera Hujan. Bahkan ia rela pergi ke Jakarta hanya untuk bertemu dengan Niki seorang.

    Tidak semudah bertemu teman sebaya ketika Cerah harus meluangkan waktunya demi Niki. Singkat cerita Cerah bisa bertatap muka dengannya karena ia dikira asisten (baca: pembantu) barunya. Akhirnya, di apartemen Niki, Cerah mencuci piring, menyapu, memasak, dan melakukan aktivitas lainnya selayaknya pembantu. Suatu hari Cerah meminta untuk diajari menulis. Ia disuruh datang di suatu tempat yang sudah mereka sepakati. Cerah benar-benar datang dengan antusiasme yang tinggi. Cerah datang di tempat itu dan Niki tak ada di sana. Mungkin masih ada kerjaan, pikirnya. Ia menunggu dan masih menunggu. Lama sekali menungguinya. Sampai ia lapar, haus pun ia tahan demi berguru pada Niki. 

    Hujan pun mulai turun, tetapi Cerah masih saja kekeuh menunggunya. Sampai seorang muncul dengan mobilnya dan menyuruh Cerah masuk ke dalam mobil. Lantas ia bawa Cerah ke apartemen dan di sana ia mengatakan bahwa Cerah lulus ujian! “Tes Uji Kesabaran”, kata Niki.


    Suatu hari Cerah diajak Niki untuk datang ke pernikahan temannya: Mendung dan Awan. Pernikahan yang bisa dibilang cukup sederhana bagi pemilik EO Writting Event dan Penerbit Wor(l)d Books. Mendung dan Awan memang pasangan yang klop. Otak mereka berdua memang otaknya para pebisnis. Terbukti konsep pernikahan mereka sedikit banyak bisa jadi penghasilan untuk menambah pundi-pundi keuangan keluarga kecil mereka.

    Di pernikahan itu secara tak sengaja Cerah bertemu dengan seorang pria yang kelak benar-benar membuatnya hampir gila. Namanya Biru. Pernikahan Mendung dan Awan berjalan sangat lancar dan khidmat. Selesai acara, Cerah masih berada di gedung pernikahan bersama Niki, Halilintar (suami Niki), Mendung dan Awan. Cerah ditawari Niki untuk bekerja di Writting Event dan Penerbit Wor(l)d Books. Niki menawari Cerah pekerjaan tersebut karena memang Mendung sudah memasukkan Cerah sebagai salah satu karyawannya. Awalnya Cerah menolak, tetapi setelah dipikir matang-matang Cerah mengiyakannya. Resmi sudah Cerah mendapatkan pekerjaan di Jakarta.

    Hari pertama masuk kerja Cerah sudah terlambat, namun Mendung masih memakluminya; mungkin tadi Cerah tersesat karena dia pendatang baru di kota ini. Cerah bekerja sebagai admin. Sehari-hari ia membantu Mendung untuk filling, mengetik proposal, mengatur agenda, dan beberapa tugas kantor lainnya. Ia senang sekali bisa bekerja bersama Mendung, apalagi tanpa sengaja pria bernama Biru itu, kini menjadi partner kerjanya dengan proyek buku pictbook pribadi. Namun satu hal, Cerah tidak jujur atas matanya yang tak bisa melihat warna biru. Alhasil, suatu hari Biru mendapati Cerah memberikan warna yang salah di cover yang telah susah payah ia kerjakan. Biru mengamuk lantas pergi begitu saja meninggalakan Cerah yang terbungkam mulutnya.

    Hari-hari berikutnya Cerah bekerja tidak merasakan semangat seperti ketika ia bekerja bersama Biru. Cerah rindu canda tawa Biru bersamanya di sela-sela mengerjakan tugas kantor. Buku notesnya pun kosong selama seminggu. Padahal ia sudah membeli buku notes yang baru. Ia pun ternyata juga merindukan suara-suara perintah dari Biru. Cerah seakan kehilangan keceriaannya.

    Sampai pada suatu ketika Cerah memberanikan diri untuk membuntuti Biru. Ia mengikuti Biru kemanapun perginya dengan sebuah taxi. Ternyata Biru memberhentikan mobilnya di depan sebuah toko bunga. Cerah melihat di dalam toko itu ada seorang perempuan dengan rambut panjang yang bergelombang, berwarna kemerahan dan mengikat rambutnya dengan pita warna ungu tengah menata bunga-bunga. Ia terlihat anggun dengan gaun terusan selutut yang berenda putih, dengan celemek bergambar bunga krisan. Semakin membuat Cerah penasaran. 

    Lalu setelah menunggu agak lama, menyaksikkan betapa romantisnya hati seorang Biru dan mengetahui sekarang Biru sudah meninggalkan toko bunga itu, akhirnya Cerah memberanikan diri untuk mendekat. Ia begitu penasaran dengan sosok wanita di toko bunga itu. Namun, begitu Cerah berbicang dengan Krisan, perempuan cantik nan menawan  itu, Cerah malah direkrut menjadi karyawannya untuk membantunya mengurus bunga-bunga miliknya. Krisan juga tak sungkan menjawab pertanyaan-pertanyaan Cerah tentang Biru. Katanya Biru adalah laki-laki yang amat baik. Setiap hari selalu membuatkan buket bunga dari bunga-bunga yang ia pajang di depan. Dan dia pun selalu membayar bunga-bunga itu kepada mamanya Krisan.

    Krisan adalah perempuan yang lemah. Kesehatannya semakin menurun semenjak SMA karena salah satu klep jantungnya bocor. Ia berobat kesana kemari, melakukan banyak operasi. Membuatnya bertahan beberapa tahun saja. Padahal sebentar lagi ia akan dinikahi oleh Biru. Biru melamarnya tepat ketika Ibunda Biru sembuh dari penyakit kanker payudaranya. Sekarang Biru benar-benar sedih. Seakan separuh jiwanya hilang takkan pernah kembali. Ia sungguh kehilangan Krisan. Baginya Krisan adalah dirinya sendiri. Bagaimana bisa seseorang kehilangan dirinya sendiri? Biru putus asa. Ia terlarut-larut dalam kesedihan yang begitu menyakitkan. Sesak di dada. Pilu di rasa. Sakit di hati. Sekarang Biru sama saja orang yang mati. Tak mau hidup. Kehilangan energi.

    Mama Krisan menyuruh Cerah untuk tetap mengelola toko bunga milik putrinya. Cerah mengiyakannya. Sesekali ia pergi ke toko bunga itu dan membukanya. Cerah mengatur semuanya sendiri. Sekarng acara minum teh sore hari yang biasa Krisan dan Biru lakukan bersamanya tak ada lagi. Cerah akhir-akhir ini mencoba menenangkan Biru dengan mengajaknya pergi ke Rumah Sakit penderita kanker yang dulu pernah ia sambangi bersama Krisan. Namun, tetap saja tak ada hasil. Biru melihat Krisan masih hidup di pikirannya. Krisan menyalahkan Biru karena waktu itu ia sudah punya firasat buruk ketika Biru tak mau dicegah pergi ke lombok karena urusan pekerjaan bersama Mendung, Awan, dan juga Cerah.

    Tiba-tiba pada suatu hari Cerah mendapat kabar bahwa dari kampung bahwa Ibunya sakit. Cerah diminta segera pulang oleh Bapaknya. Sesampainya di rumah betapa kagetnya Cerah mendapati Biru sedang terduduk di teras rumahnya. Rupanya Ibunda Biru tak main-main ingin menikahkan putranya dengan Cerah. Sontak Cerah kebingungan menghadapi kondisi seperti ini. Di satu sisi Cerah merasa senang, di sisi yang lain Cerah masih belum percaya bahwa sosok yang selama ini ia cintai sekarang benar-benar melamarnya. Resmi sudah Cerah menjadi milik Biru dan Biru menjadi milik Cerah.

    Memang selama manusia masih bisa bernapas Tuhan tidak akan berhenti memberinya cobaan. Ternyata menikah dengan Cerah pun tak membuahkan hasil. Biru semakin hari semakin menjadi-jadi. Badannya kurus kering. Ia tak mau makan. Ia hanya mengurung di dalam studio berhari-hari. Bahkan ia pun tak sudi disentuh oleh istrinya sendiri. Namun, Cerah tetap kuat. Ia tetap bersedia melayani suaminya dengan sepenuh hati. Cerah tak kehilangan akal, ia mendapatkan ide post it untuk membuat suaminya kembali seperti Biru yang dulu. Biru yang mempunyai semangat hidup. Ide ini muncul ketika Cerah membaca post it – post it milik Krisan dari Biru. Ia menaruh post it di banyak tempat yang bisa Biru lihat. Post it itu berisi sepatah-duapatah kalimat sepele yang Cerah tulis atas nama Krisan. Cukup efektif, sampai akhirnya Biru mau keluar rumah mengunjungi Bundanya lagi. Setelah itu hari demi hari kelakuan Biru sudah berubah. Semakin menunjukkan sisi tanggung jawabnya kepada istri walaupun masih dengan embel-embel “tidak ingin mengecewakan Bunda” , belum seutuhnya tulus dari hati Biru. Namun, Cerah memakluminya.

    Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, akhirnya Biru mulai menyayangi Cerah. Hati Biru mulai tergugah. Ia merasakan betapa Cerah sangat perhatian dengannya. Cerah bilang cinta tak selalu punya alasan. Seumur hidupnya, Cerah belum pernah punya keinginan begitu kuat. Belum punya arah tujuan hidup yang ia tuju. Tetapi, sekarang Cerah tahu kalau Tuhan menciptaka dirinya untuk menjadi istri Biru, untuk berbakti kepada Biru, dan menjadikan Biru bahagia adalah tujuan hidupnya. Kebahagaan Biru adalah kebahagiaan Cerah.

    Biru pun turut berjanji di Tugu Jogja yang malam ini mereka datangi. “Dengar Sunny.” Biru menggenggam tangan Cerah erat. “Aku tanamkan janjiku di sini, sekokoh tugu ini. Agar janji itu tak rapuh dimakan waktu . Aku berjanji akan tetap bertahan menjadi suami kamu dan tidak akan mencerakan kamu. Karena kamu orang yang berarti buat aku. Tanpa kamu aku hancur...” 

                Walau Biru ternyata melamar tokoh baru bernama Kristi yang mirip sekali dengan Krisan itu, tetapi Mendung benar bahwa yang paling penting di sini bukan pesta pernikahannya, melainkan jiwa Cerah dan Biru sudah bersatu.

    2 Responses so far.

    1. Unknown says:

      Aku pernah baca ceritanya bagus, sedih pengorbanan cinta cerah yang merelakan biru untuk kristi, namun biru akhirnya memeilih cerah.😂😂😂😂😁😁😙

    2. Aku udah pernah baca novel ini dan suka banget, sekarang mau beli buat koleksi sendiri kayaknya susah banget nyarinya. Apa aku yang kurang usaha gitu ya? Tapi waktu itu nama tokohnya bukan Kristi kalo gak salah Windy deh