Sibuk = Alhamdulillah

    Author: Ghozali Saputra Genre: »
    Rating



    Sore itu saya lagi menikmati leyeh-leyeh di masjid sekolah. Karena memang minggu-minggu itu penuh dengan rezeki ala tugas-tugas sekolah. Bukan cuman itu, jadwal yang begitu padat serta ulangan semester satu yang diselenggarakan tepat sebulan setelah KBM, membuat para guru memaksa murid-murid untuk menelan semua topik ulangan semester satu yang sebajibun itu! Kontan kami murid-murid harus rela menggunakan Free time kami untuk terus berkuat dengan buku, buku dan buku.
    Kami semua capek, tak terkecuali saya yang manusia biasa. Saya tiduran di pinggir masjid sambil melihat awan yang silih-berganti ditiup angin. Awan itu penuh dengan kedamaian. Tidak seperti saya sore ini yang sangat-sangat letih. Ingin rasanya seperti burung terbang kesana-kemari bebas tanpa beban. Kalaupun burung itu ada beban juga tinggal terbang, cari sesuatu yang menyenangkan, dan selesai. Kalau manusia?
    Otak saya mulai berkerja. Saya jadi mikir. Saya disini lelah karena berbuat sesuatu yang insyaallah bermanfaat. Sedangkan orang-orang yang di luar? Mereka ngapain? Sibuk? Sibuk ngapain? 
     Disini saya seharusnya lebih bersyukur. Bisa berbuat sesuatu. Disibukkan oleh sesuatu untuk diri saya sendiri bukan orang lain. Kalau menghasilkan sesuatu toh juga saya sendiri yang metik, bukan mereka. Kenapa saya harus mengeluh karena hal sepele; capek seperti ini. Tak mengelarkan masalah malahan nambah masalah.
    Sedangkan di luar sana orang-orang sangat butuh sekali kesibukkan. Terutama ibu-ibu indonesia yang pecinta gosip. Mereka sangat butuh kesibukkan yang positif. Dari pada sibuk nge-gosip yang mendatangkan petaka, mbok yao mending bikin acara sharing ketrampilan bersama, atau sharing resep masakan, atau malah mengkaji al-Qur’an atau hadist. Itu malah lebih bermanfaat dan mendatangkan rezeki dari pada nge-gosip nggak karu-karuan. Bukan begitu?
    Namun, beda lagi orang yang sudah mempunyai kesibukkan tapi kesibukkan yang negatif. Mereka orang-orang yang merugi. Udah capek tapi malah dapet petaka! Contoh: tukang judi, tukang adu ayam, lintah darat, wanita penjual diri, dsb. Mereka kosong. Rugi. Tak berarti. Oleh karena itu, para pembaca yang setia mari kita intropeksi diri pribadi supaya kita tidak termasuk orang yang merugi.

    2 Responses so far.

    1. uhuy..nak gojali teruskan ye nulisnye :D - ane suka sama tulisannye :)) - semangat :D